Sekilas Mengenai Pulau Limbung

05 April 2022 09:27:52

Administrator

189 Kali dibaca

Gambut, sepotong kata yang boleh jadi tidak dimengerti maknanya oleh
kebanyakan orang tetapi menjadi banyak arti bagi yang lainnya. Gambut memang dapat
diartikan menjadi banyak pengertian tergantung dari sudut mana orang
memandangnya. Seorang petani, mengartikan lahan gambut sebagai prasarana untuk
budidaya. Pengusaha dapat melihatnya sebagai sumber komoditas hasil hutan (kayu
maupun non kayu), media tanam yang dapat diekspor, sumber energi, atau lahan
pengembangan bagi komoditas perkebunan yang lebih luas.

Peneliti menganggapnya sebagai obyek penelitian, sosiolog mengartikannya
sebagai lingkungan sosial dimana komunitas hidup dan mencari penghidupan,
pemerintah memandangnya sebagai potensi sumberdaya alam yang dapat dikelola
untuk lebih banyak lagi mencukupi pangan dan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Sementara pakar lingkungan menobatkannya sebagai pengatur air/hidrologi, sarana
konservasi keanekaragaman hayati, serta penyerap dan penyimpan karbon yang
mampu meredam perubahan iklim global.

Hutan gambut merupakan ekosistem penting yang dapat memberikan
sumbangan signifikan terhadap kestabilan iklim global. Karena keunikannya ekosistem
gambut dianggap sebagai lahan marginal dan kurang memberikan manfaat secara
finansial, walaupun sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Lahan
gambut dapat mengatur keseimbangan pelepasan air meskipun dalam kondisi kemarau
panjang, sehingga keseimbangan ekologi masih dapat terus terjaga.

Hutan atau lahan Gambut memiliki fungsi dan manfaat hidrologi, sosial-ekonomi,
keanekaragaman hayati, dan penyimpan karbon. Keberadaan lahan gambut saat ini
mulai terancam oleh berbagai aktivitas seperti konversi lahan, ektraksi berlebih,
pengeringan/drainase, hingga kebakaran mengancam kelestarian hutan dan lingkungan
hidup. Langkahperlindungan dan pemanfaatan lahan gambut jangka panjang yang
perlu diupayakan adalah dengan mempertahankan gambut sebagai kawasan yang
terlindungi, sehingga fungsi alaminya bisa tetap lestari.

Gambut, sepotong kata yang boleh jadi tidak dimengerti maknanya oleh
kebanyakan orang tetapi menjadi banyak arti bagi yang lainnya. Gambut memang dapat
diartikan menjadi banyak pengertian tergantung dari sudut mana orang
memandangnya.

Salah satu bentuk peningkatan dan penguatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan restorasi ekosistem gambut di tingkat desa dan antar desa melalui pelaksanaan program Desa Peduli Gambut (DPG).
Desa Peduli Gambut adalah kerangka penyelaras untuk program-program pembangunan yang ada di perdesaan gambut, khususnya di dalam dan sekitar areal restorasi gambut.

Pendekatan yang digunakan adalah merajut kerjasama antar desa yang ada dalam satu bentang alam Kesatuan Hidrologis Gambut. Pembentukan kawasan perdesaan gambut menjadi pintu masuk bagi perencanaan pengelolaan gambut oleh desa-desa tersebut.

Program Desa Peduli Gambut meliputi kegiatan fasilitasi pembentukan kawasan perdesaan, perencanaan tata ruang desa dan kawasan pedesaan, identifikasi dan resolusi konflik, pengakuan dan legalisasi hak dan akses, kelembagaan untuk pengelolaan hidrologi dan lahan,kerjasama antar desa,
pemberdayaan ekonomi, penguatan pengetahuan lokal dan kesiapsiagaan masyarakat
desa dalam menghadapi bencana kebakaran gambut.

Sebagai dukungan teknis terhadap program BRG, kemudian dibentuk Fasilitator/Pendampingan Desa Peduli Gambut, Koordinator Pemetaan Sosial, Enumerator Pemetaan Sosial dan Tenaga
Penghubung. Di tahun 2017 Program BRG menyasar 75 desa yang tersebar di 7 Provinsi
seluruh Indonesia. Koordinator Pemetaan Sosial, Fasilitator Desa dan Enumerator
bekerja bersama untuk memfasilitasi penyusunan perencanaan desa yang memperhatikan
aspek restorasi gambut.

Geomorfologi Desa Pulau Limbung terdiri atas bentukan aluvial dan gambut.
Aluvial adalah jenis
tanah yang terbentuk karena endapan. Daerah endapan terjadi di
sungai
, danau yang berada di dataran rendah, ataupun cekungan yang memungkinkan
terjadinya endapan. Dataran aluvial di Desa Pulau Limbung hanya 20ri total luas
desa. Dataran gambut lebih mendominasi, sekiranya 80% wilayah Desa Pulau Limbung
adalah gambut.

Berdasarakan hasil FGD (Forum Grup Discusion), pengamatan dan wawancara
dengan masyarakat, keanekaragaman hayati di Desa Pulau Limbung cukup
beragam.Antara lain Jenis Flora di Desa Pulau Limbung terdiri atasRotan, Rengas,
Mabang, Bentangor, Ramin, Pelaek, Kekapas, Kabu-Kabu, Medang, Meranti, namun
sudah hampir langka dan hilang menurut table di atas dari tahun 1997-2017 terus
menurun antara lain: Mabang, Rengas, Ramin, Meranti, Kempas, Kayu Ara, dan
Jelutung, sedangkan kelapa sawit yang merupakan jenis vegetasi terus meningkat
seiring harga sawit yang makin mahal. Sedangkan Karet dan Padi terus menurun
kendalanya harga karet yang murah dan lahan padi yang selalu banjir.

Fauna; Rusa, Kancil, Orang Utan, Kera, Monyet, Berang-Berang, Biawak,
Rangkong, Enggang Patok Putih dan Merah, Murai Batu, Kacer, Punai, Elang, Bangau,
Burung Madu, Bubut, Burung Pelatuk, Tekukur, Peregam dan jenis-jenis ikan yang
umumnya adalah segala jenis ikan air tawar seperti baung, toman, gabus, biawan, tapah,
udang galah dan lain-lain.

Di Desa Pulau Limbung juga terdapat buaya yang habitatnya di sungai kapuas dan
danau-danau yang jarang terdapat aktivitas manusia. Namun yang terjadi penurunan
jumlah habitatnya dari tahun 1997-2017 antara lain: rusa, planduk/kelinci, landak,
trangiling, orang hutan, beruang, ayam hutan, tokek, burung enggang, burung tiong.

Jenis buah-buahan yang ada di desa pulau limbung antara lain; Nanas, Semangka,
Pisang, Cempedak, Durian, Sirsak, Rambutan. Tanaman Obat-Obatan; Sirih Merah, Sirih,
Serai, Temulawak, Jahe dan Mengkudu.

Hutan lindung gambut yang keberadaanny
a sangat penting dalam menjaga
ekositem lahan gambut. Di dalam hutam lindung ini terdapat berbagai macam jenis

tu
mbuh-tumbuhan hutan seperti rotan, mabang, ramin, medang, bentangor nibung dan
lain
-lain.

Cerita pohon kayu ara dan pohon kedaun, pohon-pohon ini dipercaya memiliki
cerita mistis. Dulunya dipohon kedaung pernah terjadi sebuah tragedi yaitu pernah
ditemukannya uang perak satu karung tidak diketahui dengan jelas asalnya. Selanjutnya
yaitu cerita “pengumpanan kampung” yaitu tidak boleh melayukan atau mengganggu
tumbuhan dan hewan selama tiga hari. Namun masih pada saat ini buaya kuning
tersebut menampakkan dirinya namun sudah menjadi hal yang tidak heran lagi bagi
masyarakat Dusun Selat Karya.

Selain cerita buaya tersebut terdapat juga sebuah cerita
lubang besar didalam air yang konon katanya lubang tersebut tembus dari selat karya
menuju keriak bandong.

Percaya atau tidak percaya sering para penyelam kayu
menemukan benda-benda aneh namun tak satupun dari mereka berani menggambilnya
dan memiliki keberanian menelusur lebih dalam lubang tersebut. Selain itu ada juga
telaga biru yang konon menurut masyarakat apabila daun-daun yang jatuh di telaga
tersebut akan langsung ketepi telaga tanpa mengumpul di tengah telaga.

Kirim Komentar

Komentar Facebook

Peta Desa

Statistik

Agenda

Untuk sementara belum ada Data Agenda yang dapat ditampilkan

Libur Lebaran 2022
Waktu:09 April 2020 05:59:18
Lokasi:Ruang rapat
Koordinator:

Sinergi Program

Kubu Raya
Siskeudes Kubu Raya
Sikades Kubu Raya
SDGS
Sistem Informasi Desa Dan Kelurahan
Epdes

Galeri

Aparatur Desa

Back Next

Komentar

Pak Kades

14 September 2016 06:09:16

Website ini kami hadirkan sebagai media informasi Pemerintahan... selengkapnya

Media Sosial

Peta Wilayah Desa

RT / RW

vendor/themes/esensi/widgets/aparatur_desa.php